Senin, 27 Februari 2012

Ketika Gue Donor Darah

Minggu, 29 Januari 2012. seperti biasa, gue bangun dari tidur masih di kamar yg sama, dengan angin yg sama, dan juga perasaan yg sama. gue menunda sholat subuh gue, karena masih sibuk mengumpulkan sebagian nyawa gue yg pergi ke Surabaya. entah ngapain dia disana? mungkin mejeng di jembatan merah, atau kesasar di Tanjung Perak?

jam 06.30 | gue baru turun dari kamar, ngambil air wudhu, lalu sholat. ya, sholat subuh. setelah itu gue menyalakan RCTI, acara: Larva, Shincan, Doraemon. tapi pagi ini, ketiga acara itu gak bisa bikin gue ketawa kayak Minggu pagi yg sebelum-sebelumnya.
 

saat sedang ngelihat peri danau keluar dengan dorayaki jumbo, tiba-tiba sebuah sms masuk ke HP gue, pukul 08.19, dari teman SMA gue, dia ngajakin gue donor darah. sebenarnya gue malas, ya, malas. gue jawab aja "gue ngeliat doang ya,". setelah itu gue mandi, dan jam 10 kita berdua berangkat dari rumah gue menuju PMI pusat, JKT.

~ ~
di dalam ruang informasi, teman gue diperiksa HB nya, 16 koma 5, bisa donor. gue?? karena merasa yakin HB gue tinggi, kayak yg kemarin-kemarin, yaudah gue iseng aja ikutan. JANGKRIIIK, ternyata bisa juga, 16 koma 6. okelah, gue jadi ikutan.

formulir donor udah diisi, kartu donorpun udah dikasih ke petugas PMI. jadilah kita berdua nunggu giliran di ruang tunggu.


"Lid, kok gue jadi ikutan gini?" kata gue di samping seorang teman yg namanya Cholid. dia adalah teman gue dari SMA. badannya gede, cukuplah buat kurban 5 RT | "gak apa apalah, Jay, temenin gue. lagian kan setetes darah anda nyawa mereka," jawabnya elegan. maklum, dulunya dia adalah anggota PMR sekolah. (padahal kalimatnya nyontek dari bis PMI yg diparkir didepan).


gue jadi kepikiran. kenapa ya, kadang, apa yg diniat-niatin, pake doa segala, malah nggak terjadi? ehh yg nggak diniat-niatin a.k.a iseng, malah terjadi? mungkin semua emang udah ada jalan ceritaNya kali ya? mungkin.


a few minute's later


"bapak Zayyinu, bapak Cholid," muncul suara panggilan bedebah itu dari speaker ruangan. apa-apaan ini?!! bapak?? gue belum nikah om!! gue masih muda, masih 21 tahun!! waaahh, pelanggaran ini, bisa gue laporin ke komnas perlindungan anak. kak Seto, saya digituin kak, tolong!! tuh, kak Seto aja yg udah jelas bapak-bapak masih dipanggil 'kakak', se-Indonesia pula yg manggil kakak. ini gak adil mas bro sob !!


oke, dengan rasa kecewa karena gue dipanggil bapak, gue masuk dengan terpaksa ke ruang donor. JREENG JEEENG . . . . ternyata banyak banget tempat berbaringnya, pendonornya, susternya, jarumnya. haddeuh


gue celingak-celinguk, kira-kira ada nggak ya teman cewe sekolah gue yg dinas disini? ternyata nggak ada, karena mereka masih pada kuliah smester 6, mungkin 6 bulan lagi udah ada yg dinas disini.


gue mendatangi sebuah meja besar dengan suster-suster berdiri menghiasi dibelakangnya.

lalu, seorang suster bilang ke gue, "bapak Zayyinu ya?" | "iya," jawab gue. heran. ini emang guenya yg kelihatan nggak muda, atau emang pegawai-pegawainya yg harus konsultasi sikologi dulu ke Tika Bisono?? | "setelah mencuci siku tangan, bapak Zayyinu silakan langsung tiduran disana pak," kata suster itu masih dengan kata 'bapak'. dia menunjukkan sebuah (apa ya? sebuah tempat berbaring gitu, tapi bukan kursi, kasur, apalagi keset. gue sebut aja BloodPlace ya / BP) yg urutan keempat, sedangkan Cholid di BP urutan kesatu.

gue udah siap jiwa dan raga. gue berbaring di BP gue, datanglah seorang suster. JLEEB!! assem bener, jarumnya segede Cholid.


"kenapa mas? kok merem? takut ya sama jarum?" kata susternya disamping gue. alhamdulillah, sujud syukur, akhirnya ada juga yg mengakui status gue sebagai 'mas-mas' | "nggak, sus. saya bukannya takut sama jarum, saya geli," kata gue sekenanya. 

~ ~
saat darah gue masih mengalir ke kantung darah, gue malah khusyuk ngelihatin suster kecil yg berada di BP sebelah sana, dan mengabaikan suster besar yg jelas-jelas daritadi ada disamping menemani gw.

suster kecil yg lagi gue liatin itu cakep, lucu, mungil, (ini beneran suster lho, bukan marmut merah jambu, apalagi Hamtaro). hemmm, mungkin lagi PKL disini kali ya?

~ ~
kantung darah gue hampir penuh CC nya. suster disamping gue pun bersiap meng-anukan selang dan jarum yg masih menusuk ditangan gue. tiba-tiba . . . Jreng Jeeng / Dem Dem Deeem . . . Cholid udah berdiri disamping BP gue. cepet bener? perasaan mulainya duluan gue deh?? oiyya, stok darahnya Cholid kan emang berlimpah, jadi gampang banget nyedotnya.

terus? ujuk ujuk si Cholid ini ngomong pelan ke gue. "Jay, itu," kata dia mengarahkan pandangannya pada suster kecil yg daritadi gue perhatiin juga.

kebetulan banget, karena si suster juga melihat gelagat mencurigakan dari Cholid, yaudah, iseng, gue bilang aja. "sus, kata temen saya, salam ya buat suster yg itu," | "yg mana? yg pake seragam ijo?" | "bukan sus, yg sebelah kirinya," | "yg muda itu?? iya deh mas. tapi, sebentar lagi dia mau nikah," |

PRAAANNK !! mendengar kata 'nikah', gue jadi kempes, badan gue kebawa angin keluar ke jalan raya Matraman, terus kelindes gerobaknya abang gorengan yg 'jual tahu tempe, bakwan pisang ada, cireng ubi kue bola'.

gue langsung mikir nih, iya juga sih. temen-temen gue (yg seangkatan) aja udah banyak yg nikah. lah gue?? pekerjaan tetap aja belum punya. mau dikasih makan apa nantinya anak istri gw? CINTA?? kunyah dah itu cinta goreng. kalo emang cinta bisa bikin kenyang, kenapa juga masih banyak anak-anak di pedesaan yg kelaparan?? padahal kan, kadar cinta di pedesaan lebih pekat daripada yg di perkotaan?? padahal kan, anak-anak itu dibuatnya atas nama cinta juga??

Senin, 20 Februari 2012

Satu Desember

kemarin malam, gue berpapasan dengan seorang teman SMA gue. nggak lama, mungkin cuma sekitar 5 detik. kita berdua nggak saling tegur, sekedar saling tatap aja di 5 detik itu (mungkin dia nggak kenal gue kali ya).

entah udah berapa tahun nggak ketemu dia, yang gue inget, dulu dia gemuk pendek, jadi keliatan bantet. tapi kemarin malam, sebuah kalimat langsung muncul di benak gue, "lah? Wina? jadi cakep gitu??". Wina jadi perempuan cantik yang bertubuh proporsional, tinggi langsing (menurut gue).

dari pertemuan yang sangat singkat itu, gue dibuat sadar akan satu hal, satu hal besar yang membuat gue nggak bisa tidur semalaman. Wina udah mengalami perubahan yang signifikan. ya, perubahan, kemarin malam gue baru sadar kalau ternyata semua hal pasti berubah, semuanya, entah cepat, entah lambat. semua hal yang bisa dilihat dengan mata dan disentuh dengan tangan, pasti berubah, semuanya.

adik gue, namanya Ikrom, yang dulunya lucu banget, mirip bayi-bayi montok yang ada di iklan di TV TV, sekarang? dia malah mirip bayi gorila yang ada di poster-poster di Ragunan.

ikan Lohan gue yang dulunya culun banget, bahkan gue sempat bingung, "ini anak Lohan apa encu nyamuk ya?? kok kerempeng begini?". tapi sekarang, dia tumbuh besar menjadi Lohan dewasa yang cantik dan anggun (untuk para jantan di bangsa Lohan).

ya, semua berubah, seiring berjalannya waktu, semua berubah.

waktu gue kecil dan masih polos-polosnya karena belum disunat, di lingkungan tempat tinggal gue ada empat lapangan yang bisa dipakai untuk main bola. tinggal pilih aja gitu mau main bola di lapangan yang mana. kalau lapangan yang satu dimainin orang, tinggal pindah aja ke lapangan yang lainnya. sekarang?? lapangan yang satu udah dijadiin kontrakan, yang satu udah dijadiin lahan parkir, dan yang satu lagi udah dijadiin toko (asesoris, boneka, warung). tinggal satu yang sisa. kasihan adik gue dan temen-temen gaulnya.

gedung SMP gue yang dulu, apa ya, parah dah, bahkan seorang temen sekelas gue di 10-5 pernah bilang gini, "itu gedung SMP lu, park? kirain kandang ayam," sambil nunjuk-nunjuk ke bawah dan ketawa-tawa bedebah. sekarang? coba lihat bung!! gedung sekolah yang katanya kandang ayam itu udah berubah jadi gagah, bahkan terpampang jelas di lantai dua nya, 'SEKOLAH STANDAR NASIONAL'. keren kan? 

udah banyak temen gue yang berubah. mungkin temen-temennya temen gue itu juga udah banyak yang berubah. iya nggak teman?? hemm.. . . bahkan, temen-temennya temen tukang somay pun juga udah berubah, mereka sekarang lebih milih jualan cimol. (gak nyambung ya? *emang)

tapi? ternyata masih ada satu hal yang nggak bisa berubah. hal yg nggak bakalan berubah itu adlh kenangan. mau hari ini, mau besok, mau lusa, yang namanya kenangan akan tetap sama.

gue masih inget dulu waktu jadi juara 1 volly porseni bareng Kaput Wildan dkk. gue masih inget dulu waktu kelas gue kalah 2-5 dari kelasnya Andriyan di final futsal, gawang gue diacak-acak, rasanya tuh sakit, kayak dicubit gorila. gue juga masih inget dulu waktu tim marawis sekolah SMA gue (Tofi Okky dkk) main satu panggung bareng DEBU. 

Satu Desember 2010. kenangan gue yang terjadi di hari itu pun nggak pernah berubah. waktu itu gue kerja, bongkar muatan rownd dua container, dapat dua lembar uang Pangeran Antasari. pulang kerja, nggak ada acara mandi, gue langsung ngejemput temen gue yang kerja di YAMAHA, kita berdua meluncur dari Pupar jam 5an menuju SUGBK. sesampainya di sana, gue dapat tiket belakang gawang, sektor 5-8, nomor seri 448533 dengan harga Rp 75.000,-

pertandingan selesai, Indonesia 5 Vs 1 Malaysia. terus, jalan cerita dari Dia mengharuskan gue bertemu dgn Anandita Witoelar, foto bareng dia, dekat banget sama dia. gue deg-degan (untung nggak sampai gagal jantung). gue update status facebook, gue nggak bisa tidur, sampai-sampai besoknya gue berangkat kerja kesiangan. saat di PT, suara gue habis, dan gue diledekin habis sama mba Namie, temen kerja satu bagian gue yang paling cantik :D

ya, sampai hari ini kenangan gue tentang tanggal satu Desember itu, tetap kayak gitu, nggak pernah berubah. mau sampai kapanpun, mau di satu Desember 2012, 2015, 2019, 2024, kenangan gue tentang satu Desember 2010 itu akan tetap tergambar sama.

dan sekarang, tergantung bagaimana kita menyikapi adanya sebuah perubahan dan sebuah kenangan.
perubahan positif dari seseorang (sesuatu), bisa memotivasi kita untuk juga menjadi sepositif itu. sedangkan perubahan negatif dari seseorang juga bisa memotivasi kita untuk tidak menjadi senegatif itu. begitupun kenangan, kenangan yang manis bisa terasa sangat menyakitkan karena kenangan yg manis itu sekarang cuma tinggal kenangan. dan kenangan yang pahit, pahit sepahit-pahitnya obat cacar dosis gorila, justru bisa membuat kita tersenyum di kemudian hari, karena kita sudah melewati hari-hari yang menjadi kenangan pahit itu.